Berbicara tentang segala hal yang berkaitan dengan organ seks hingga yang berbau seksualitas masih terasa asing bagi kebanyakan adat dan tradisi masyarakat Indonesia. Selain karena menjunjung tinggi norma budaya dan kesopanan, pendidikan seks masih dianggap sebagai sesuatu hal yang nantinya bisa dipelajari sendiri secara alami oleh anak.
Menurut dr. Eka Viora, Sp.K.J. dalam sebuah talkshow bertema pendidikan seks pada anak di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pendidikan seks yang dianggap tabu, sebenarnya sangat berpengaruh baik bagi kehidupan anak ketika remaja. Orangtua dapat menjelaskan tentang organ-organ seksual yang dimiliki manusia dan apa fungsinya. Sehingga nantinya, anak dapat lebih menjaga dirinya dan organ-organ seksual yang dimiliki. Selain itu, anak akan menjadi lebih berhati-hati akan tindak perlakuan kejahatan seperti pelecehan seksual.
Padahal, disinilah letak kesalahan yang sering dilakukan oleh orangtua. Meskipun pada akhirnya seksualitas adalah hal yang pasti dihadapi setiap anak, prosesnya perlu digaungkan sejak dini kepada anak. Agar anak tidak mencari informasi dari berbagai media dan justru tersesat dalam proses pencarian jati dirinya. Proses seperti apakah yang dimaksud? Simak penjelasan berikut ini.
Seksualitas adalah hal yang pasti dihadapi anak, tetapi orangtua adalah contoh terdekat.
Kalimat ini tidaklah ditujukan untuk menghadirkan aktivitas seks di hadapan anak. Orangtua perlu mengajarkan kepada anak bahwa seks adalah sebuah aktivitas yang hanya boleh dilakukan kepada lawan jenis. Dengan syarat jika sudah berada dalam satu ikatan yang sah, diakui oleh adat, negara dan agama, sebagaimana orangtuanya sendiri yang telah menikah. Sugesti positif ini harus selalu disampaikan kepada anak jika sedang berada dalam topik pembicaraan seksualitas dan perkawinan.
Tipsnya, usahakan untuk tidak menghakimi anak jika kebetulan di televisi atau gadget pribadi anak, ditemukan ada jejak pencarian berbau seksualitas. Ini bukan berarti memberikan izin tanpa hambatan bagi anak untuk membuka informasi tentang dunia seks. Hadir sebagai teman untuk membahas bersama pentingnya ilmu tentang dunia seksualitas akan membuat anak merasa nyaman dan tidak merasa dijadikan tersangka oleh orangtuanya sendiri.
Bagaimanapun juga, orangtua adalah contoh terdekat yang akan menjadi profil dalam pemikiran anak. Jika suatu saat anak terjebak dalam kemungkinan untuk melakukan seks sebelum waktunya, kehadiran orangtua menjadi sugesti positif dalam pemikirannya. Sehingga akan membantu anak terhindar dari hal yang tidak diinginkan tersebut.
Seks bukan untuk konsumsi umum
Lebih lanjut daripada itu, perlu memberitahukan kepada anak bahwa seks bukanlah sesuatu yang biasa dilakukan untuk menjadi konsumsi umum. Pada akhirnya seks hanya akan dan harus dinikmati berdua dengan pasangan, sehingga tidak diperlukan orang lain untuk menjadi penonton. Hal ini benar-benar perlu disampaikan kepada anak yang sedang mengalami pubertas.
Voucher Watsons Diskon 30K!
Nikmati diskon Rp30.000 hanya dengan minimum pembelian Rp180.000!
Berlaku sampai 30 Nov
Sangat perlu menyampaikan kepada anak bahwa aktivitas seksual bukanlah sesuatu hal yang dilakukan untuk menjadi tontonan apalagi aktivitas bersama yang dilakukan selain dengan pasangan. Selain itu karena memang tidak seharusnya aktivitas seksual dilakukan saat seseorang masih berada dalam fase pacaran atau belum menikah.
Seks memerlukan pelaku dengan pola hidup yang sehat
Mungkin terasa aneh jika menyampaikan kepada anak bahwa kehadirannya adalah hasil dari aktivitas seksual. Perlunya dasar pengetahuan seperti pendidikan Biologi, sehingga anak juga dapat memahami proses reproduksi manusia yang dipelajari sekolah. Bahwa aktivitas seksual dilakukan oleh 2 orang yang berbeda jenis kelamin akan menghasilkan keturunan. Diawali dengan terbentuknya zigot, hasil dari pencampuran sel sperma berasal dari laki-laki dan sel telur yang berasal dari perempuan, yang bertemu di saluran rahim atau tubuh wanita.
Orangtua perlu membantu pemahaman anak dengan memberitahu bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sel sperma dan sel telur, yaitu dari segi ukuran dan segi kemampuan bertahan sel itu sendiri. Dimana sel sperma yang berukuran lebih kecil mampu bertahan hidup 3-5 hari di dalam rahim wanita untuk membuahi sel telur yang ukurannya jauh lebih besar dan daya tahan hidupnya hanya satu hari sejak dilepaskan dari saluran telur. Dengan tingkat keasaman rahim dan kemampuan bertahan serta jumlah sperma yang dipengaruhi oleh makanan dan pola hidup.
Kesimpulannya adalah setiap orang yang akan melakukan aktivitas seks harus memiliki badan yang sehat. Untuk mencapai badan yang sehat tentu dimulai dengan pola hidup yang sehat seperti menghindari rokok, minuman keras dan memperbanyak makanan bervitamin seperti sayur dan buah serta rutin berolahraga.
Seksualitas adalah antara pasangan yang berbeda jenis kelamin
Isu yang marak terkait perubahan gender atau perkawinan sesama jenis kelamin tentu menjadi momok yang menakutkan bagi orangtua. Disinilah orangtua perlu memberikan sebuah ilmu baku dan keharusan bahwa jika terlahir sebagai laki-laki, maka aktivitas seksual hanya boleh dilakukan dengan lawan jenis alias wanita dan sebaliknya.
Mungkin terdengar sepele bahwa persahabatan antara anak laki-laki atau perempuan dengan sesama jenisnya tidak akan menjurus ke arah kelainan seksual. Banyak informasi yang dapat dibaca di berbagai media bahwa hubungan sesama jenis terjadi justru karena frekuensi bersama antar sahabat yang terlalu sering. Orangtua perlu mengetahui dengan siapa saja anak-anak menjalin hubungan pertemanan. Karena hal yang diluar kendali tersebut bisa saja terjadi suatu saat nanti.
Dengan memiliki teman dekat, anak akan merasa memiliki tempat yang nyaman untuk berkomunikasi dan menyampaikan rahasia yang mungkin tidak disampaikan kepada orangtuanya. Orangtua perlu menjadi orang ketiga -dalam arti positif- pada hubungan ini. Teman dekat anak akan menjadi informan gratis dan terbaik untuk mengetahui segala penyebab perubahan yang terjadi pada anak. Sekaligus menjadi penyampai pesan yang mungkin tidak tersampaikan secara langsung kepada anak karena berbagai faktor.
Semoga informasi di atas dapat membuka cakrawala baru bagi para orangtua yang memiliki anak yang sedang beranjak dewasa alias ABG. Dengan memiliki anak usia remaja, orangtua jadi memiliki teman untuk berdiskusi terkait berbagai masalah yang sedang atau mungkin akan dihadapi anak.Â
Jadi, jangan biarkan anak Anda mencari informasi yang seharusnya bisa didapat dari orangtuanya sendiri. Jadilah teman bagi mereka agar jarak antara anak dan orangtua tidak terlalu jauh. Seringkali ego orangtua yang harus dihormati dan selalu didengar, padahal di sisi lain, anak yang beranjak dewasa juga memiliki pemikirannya sendiri. Anak memerlukan pendapat dan arahan dari orangtuanya apakah langkah yang ditujunya sudah pada arah yang tepat atau belum. Semoga bermanfaat.
Sumber :
- //hellosehat.com/kehamilan/kesuburan/bagaimana-kehamilan-bisa-terjadi/
- //umy.ac.id/pentingnya-pendidikan-seks-untuk-anak-usia-dini.html