Haruskah Anak Merantau untuk Pendidikan?

Seiring berjalannya waktu, perubahan adalah satu hal yang pasti dihadapi setiap manusia. Keinginan untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik, kadang membuat para orangtua harus merelakan anaknya untuk merantau baik untuk pendidikan maupun pekerjaan. Jika dari sisi orangtua, merantau dipandang perlu, bagaimana sebenarnya merantau dari sisi anak itu sendiri? Berikut penjabarannya :

Sebuah Rindu yang Abadi

Sumber : pexels.com

Kebersamaan dengan orangtua dalam satu tempat tinggal, frekuensi bertemu yang tinggi, memungkinkan gesekan sering terjadi antara orangtua dan anak. Pada tahap ini, komunikasi justru semakin tidak efektif terjadi karena sugesti dalam diri, “Ahh, nanti  juga bertemu lagi”. Namun bukan berarti anak yang tidak merantau, tidak memiliki kerinduan akan kehangatan kasih sayang dari orangtuanya.

Sementara itu bagi para perantau, yang memiliki batas waktu untuk bertemu akan memaksimalkan moment melepas rindu yang abadi dimana sang perantau pulang. Perantau sebisa mungkin akan menghabiskan waktu bersama orangtuanya dengan baik dan penuh kehangatan karena selain mengorbankan waktu ada sejumlah materi yang dikeluarkan untuk moment pulang kampung.

Usia Terbaik Untuk Melepas Anak Merantau

Pendidikan Kedisiplinan yang Kontinu

Masih dibiayai ataupun tidak oleh orangtua, perantau dituntut disiplin dalam kesehariannya sebagai perantau. Jika tidak disiplin makan, segala penyakit akan mungkin hinggap di tubuh sehingga membuat fisik bisa saja terbaring di rumah sakit. Selain akan menguras materi orangtua untuk mengunjungi anaknya di perantauan, orangtua juga akan terus merasa khawatir akan keadaan anaknya yang justru membuat kehilangan selera makan bahkan jatuh sakit.

Perantau akan selalu berusaha menjaga kedisiplinan hari demi hari, agar hidupnya tidak menimbulkan kekhawatiran bagi orangtuanya. Demikian halnya untuk disiplin waktu. Jika tidak disiplin waktu dalam belajar, maka waktu liburan hanya akan habis untuk memperbaiki nilai dalam semester pendek. Sementara bagi perantau yang bekerja, jika tidak mengatur cuti dengan baik, maka moment melepas rindu dengan orangtua nantinya akan menjadi hal yang sulit untuk didapatkan.

Latihan Menghadapi Kehidupan yang Sebenarnya

Sumber : pexels.com

Banyak orangtua yang memiliki cukup materi kebingungan untuk mendidik dan melatih anaknya, akibatnya, selalu dihantui kekhawatiran untuk kehidupan anaknya. Pada awalnya, meminta anak untuk merantau bisa saja karena tujuan pendidikan yang lebih baik. Namun tanpa disadari, orangtua sudah membantu anak untuk mempersiapkan latihan menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Tantangan yang lebih besar akan dihadapi anak, sementara orangtua tidak lagi mampu menjadi pahlawan bagi sang anak seiring berjalannya waktu. Mempersilakan anak merantau sejak usianya dirasa cukup, akan membantu orangtua tidak lagi takut akan kehidupan anaknya jika kelak usianya sudah semakin dewasa sementara orangtua semakin bertambah tua.

Membentuk Pola Kehidupan yang baik

Sumber : pexels.com

Tidak jarang ditemukan para perantau yang kembali ke kampung halaman demi memajukan daerahnya, meskipun banyak juga perantau yang menetap diperantauan. Tujuan ini bisa jadi sesuatu yang sangat mulia untuk membantu orang-orang di kampung halamannya, yang mungkin belum menikmati segala perubahan yang dihadapi perantau saat diperantauan.

Pada saat merantau, tentu terjadi perbedaan yang signifikan antara kampung halaman dengan kota perantauan. Perbedaan ini sering membuat para perantau untuk mengadopsi hal baik dari perantauannya untuk dikembangkan di kampung halamannya. Terlepas dari dukungan pemerintah yang mungkin bisa saja diterima atau tidak, membangun tanah kelahiran sendiri, artinya membantu membangun kehidupan yang lebih baik. Kebaikan yang tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar.

Ide Membangun Komunikasi dengan Anak yang Merantau

Menemukan Masalah dan Penyelesaiannya Sendiri

Sumber : pexels.com

Masalah dapat sering terjadi jika berada di perantauan. Masalah-masalah yang cukup sulit untuk disampaikan kepada orangtua misalnya terkait asmara, pelajaran di sekolah, profesionalitas pekerjaan dan sebagainya. Anak perantau akan berusaha menemukan sendiri solusi atas masalah yang sedang dialaminya. Hal ini yang membantu anak menjadi lebih kuat dari dirinya sendiri. Selain fungsi kontrol orangtua saat anak menjadi perantau, dukungan juga diperlukan untuk membantu anak menemukan kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi.

Oleh karena itu, membiarkan anak untuk merantau bahkan sejak usia pendidikan, tidak akan memberi dampak negatif pada anak. Lalu bagaimana mengontrol anak perantau yang masih dalam usia pendidikan? Nantikan pembahasannya di artikel Hemat.ID selanjutnya ya!